Synopsis: A woman find out more than her fiance's habit of hoarding
tenang, ledis, ada aa disini
Kalau diliat dari judulnya, tau dong ini
filmnya bakal kayak gimana. Sebenarnya diliat dari posternya pun, paling ngga
ente sekalian pada taulah jalur filmnya bakalan kayak gimana. Kalau aku sendiri
sih, milih nonton film ini gara-gara I belong to that category, hoarder. Seneng
banget numpuk-numpuk barang, sampe kadang bingung sendiri mau ditumpuk dimana
lagi tu barang. Belum lagi, ujung-ujungnya diomelin gara-gara kamar yang
katanya mirip *ehem* kapal pecah (ngga kebayang gimana bentuk kapal pecah yang
sebenar-benarnya). Nah, pokoknya alasan yang sepertinya utama sih karena itu,
aku mau liat gimana film tentang hoarder yang dibikin semacem horor atau
thriller (yang mana aku yakin ngga bakalan ada kapal pecahnya)
neng atut, abang dimanee...
Seperti biasa, aku mau mulai dari plot
film ini. Ella (Mischa Barton) dan temannya, Molly (Emily Atack) mendatangi
sebuah gedung penyimpanan barang dengan maksud untuk mencari tahu clue dimana tunangan wanita tersebut
berada. Di beberapa menit pertama, keadaan masih aman tanpa ada kecurigaan yang
berlebih kecuali kenapa mereka bisa sampe di lantai yang gelap dan mirip gudang
yang ngga kepake. Terus, akhirnya mereka ketemu sama ruangan yang disewa
tunangan wanita tersebut dan di dalamnya, ternyata menunggu sesuatu yang tidak
mereka harapkan. Molly, tanpa sempat melarikan diri, jadi korban sebuah makhluk
yang agak mengingatkanku dengan makhluk di The
Descent, walaupun lebih kurang meyakinkan bentuknya (lol). Pokoknya setelah
Molly diambil dan entah diapakan oleh makhluk tersebut, teror pun dimulai. Ella
tersebut harus berjuang untuk melarikan diri dari makhluk aneh tersebut,
bersamaan dengan beberapa hoarder yang sedang berada di gedung
tersebut.Pertanyaan sekarang adalah apakah Ella berhasil menyelamatkan diri
atau dia akan mengalami nasib yang sama dengan Molly? Ditonton aja biar tahu.
ta kilik kilik telinga ente
Okelah, barusan aja aku encouraging ente
sekalian buat nonton, tapi honestly kalau
aku disuruh jujur, The Hoarder adalah
tipikal film horor yang standar. Akting standar, plot standar, bahkan bagian yang
seharusnya bikin aku terkejut terasa standar. Film ini sangat bisa dibaca. Kamu
bisa tahu siapa yang akan jadi korban, bahkan siapa orang jahatnya. Bagi
orang-orang yang seneng film horor dimana ente harus nebak siapa orang
jahatnya, film ini kurang menantang (duile, sok iyes banget dah). Cuman ya
kalau ternyata udah terlanjur nonton film ini setengah jalan ya, dilanjutin aja
sih (kayak aku) karena film ini punya nilai cukup untuk dikategorikan sebagai
film horor. Standar lah. Jalan ceritanya cukup tertata dengan akting yang passable dan mungkin bagi beberapa
orang, film ini cukup terselamatkan dengan adanya Robert Knepper, salah pemeran
Prison Break yang nampaknya didapuk
sebagai ‘pemanis’ film ini.
Cast: Jeffrey Combs, Bruce Abbott, Barbara Crampton
Origin: USA
Runtime: 104 minutes
Synopsis: A young man discovers the secrets of immortality
Based on H.P. Lovecraft's short story Reanimator: 1942
ahem
Siapa sih yang ngga tau film ini?
Kebanyakan orang yang suka film horor jadul biasanya memastikan mereka pernah
menonton film yang legendaris ini. Well, aku berani bilang film ini legendaris
karena film ini sepertinya tidak pernah absen dari list film horor yang
menampilkan adegan yang gore. Nah, kalau sudah kebanyakan orang yang tahu
tentang film ini, apa perlu aku nulis post tentang film ini? I’ll see it why
not, siapa tau aku punya pendapat yang berbeda dari kebanyakan orang. Siapa tau,
aku kurang yakin juga, melihat sudah berpuluh-puluh orang menulis tentang film
ini. But well, ngga masalah kan?
pak, liat belakang, pak
Kegilaan sudah ditunjukkan dari awal
film ini dimulai. Seorang wanita, seorang pria, dan 2 orang polisi
terus-terusan mengetuk pintu ruangan seorang dokter dan dari suara yang berasal
dari dalam ruangan tersebut, mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh
sedang terjadi di dalam ruangannya, namun ruangan tersebut terkunci dan mereka
mendobrak masuk. Ketika mereka berhasil masuk, betapa kagetnya waktu mereka
melihat apa yang sedang terjadi. Dr. Gruber sedang terbaring di lantai dan Mr.
Herbert West yang berada di bawah pengawasannya, terlihat seperti memegang
sebuah suntikan. Tapi, sebelumnya Dr. West berhasil menyuntiknya terdapat
beberapa komplikasi pada Dr. Gruber dan dia pun meninggal dengan kondisi
mengenaskan. Hal ini kemudian mempertemukan Mr. West kepada Dr. Cain dan Dr.
Hill. Mereka bertiga memiliki ketertarikan yang sama, yakni pada otak dan
kinerja organ tersebut. Namun, Mr. West memiliki cara berbeda untuk memulai
penelitiannya tentang otak dimana dia mempunyai keinginan untuk menghidupkan
kembali orang yang sudah mati dengan sebuah suntikan yang sudah dia kembangkan
selama beberapa waktu. Kemudian, Dr. Cain yang memerlukan roommate akhirnya
bisa mengenal Mr. West sedikit demi sedikit. Dr. Cain menyadari bahwa Mr. West
tidak menyukai kuliah yang diberikan Dr. Hill, walaupun mereka sama-sama
tertarik pada studi organ yang sama. Satu waktu, dia menemukan bahwa ada
sesuatu yang aneh pada teman satu rumahnya ini. Tunangan Dr. Cain, Meg, juga
merasa ada yang aneh dengan Mr. West. Namun, mereka tidak bisa mengkonfrontasi
lebih jauh apa yang aneh dengan Mr. West. Sampai mereka melihat sendiri apa
yang sebenarnya dilakukan oleh Mr. West.
hai, neng
Baiklah, sudah lama banget aku pengen
nulis tentang film ini, tapi baru kesampaian sekarang. Overall pendapat yang
aku punya adalah film yang cukup menjijikkan. Gimana ngga, dari awal adegan
gore udah mulai sliweran di depan laptop dan adegan gore ini semakin menuju ke
klimaks cerita malahan semakin banyak dan fantastis (fantastis dalam artian
ngga bisa dikonsumsi buat semua orang, yakin deh). Kalau diliat dari segi cerita,
film ini sebenarnya film dengan tema yang cukup bagus dimana seorang dokter
pasti mengharapkan bisa menyelamatkan pasiennya dan menghindari kematian; tapi
eksekusi film ini sedikit banyak terasa konyol karena beberapa adegan, entah
kenapa membuatku tertawa. Rasanya hampir seperti menonton Evil Dead, tapi settingnya lebih serius, di bidang kedokteran
apparently. Dan film ini bisa dibilang lumayan edukatif tentang ilmu kedokteran
dimana sebagai penonton, aku disuguhi dengan berbagai penjelasan tentang human brain dan replika dari otak
manusia yang blenyek-blenyek (lol). Pertarungan opini antara Dr. Hill dan Mr.
West mengenai kinerja otak manusia juga asik disimak, oddly ditambah dengan
adanya Dr. Cain yang perlahan berubah posisi dari seseorang yang mengikuti Dr.
Hill menjadi teman sekamar membantu penelitian gila Mr. West. Di satu sisi,
bisa dibilang film ini seperti versi lain dari film zombie. For me, this movie
is unusually sinister. There is something more than a story of a mad person
wants to reanimate dead body. Indeed.
Casts: Chris Sarandon, William Ragsdale, Amanda Bearse
Origin: USA
Running time: 106 minutes
Synopsis: A teenager haunted by his neighbour
ea apaan tu!?
When my friend mentioned about this
movie, what I have in mind is Colin Firth’s Fright
Night and I really didn’t know that it’s a remake version of this flick.
Then, I got a copy of this one and why don’t I watch it? Besides, my friend
also told me that this one got some amazing music (yeah, I got hooked with 80’s
music since forever) so, yeah. Let’s begin the show!
Makan nih!
The premise of this movie is simple. A
young boy named Charley Brewster find out some weird things about his new
neighbors. Something’s terrifying and unexpected. Then, he tried to tell
everyone about it; begins with his mother, friends, even police. But nobody
believed him. He went to his last resort, Peter Vincent, whom he believed can
solve the problem. But, the sad thing is Peter Vincent is just an actor who
portrayed his role on television. Peter Vincent is not the real person who can
help him to handle his neighbors. Then, Charley fall into a deep desperation
because his neighbors began to invade his house and he couldn’t do anything to
save his life. Even later, his friend and girlfriend’s life was also on stake.
He should try anything to keep everyone saved and what will he do to defeat his
neighbors? Just give it a try to watch it, even better if you haven’t watched
the latter version.
Ih, atit tau!
Now, this Fright Night is made for teens back there. I had imagined that this
is one of those movies that teens watched in Drive-in Theater, where the girls
went screaming and the boys were the ones whom put their hands around their
shoulders. Heh. But, it’s not as stupid as the other stupid movies that I’ve
seen. The simplicity of the story makes it easy to understand and some funny
scenes make me laugh. A bit. This is like a cheesy and stupid version of Dracula with similar story about the
vampire and the triangle love between the main character, the girlfriend, and
the vampire. For me, albeit this movie is from 1985 which waaaaaay older than
me, I find it enjoyable. Eh yes, I love Evil Ed and his maniacal laugh, I bet
that will be one of the things that remind me of the movie. Other than that is
the ugly form of the vampire. This is fascinating because the movie in this era
always had that ugly form of a monster. And that is different with the usual
vampire which always portrayed as the one who came back to ashes when they
encountered with the light of the sun. Now, I think I should try to watch the
newer version of Fright Night because
it seemed more sinister than this version, just like the older Evil Dead to the newer Evil Dead.
Synopsis: A boy magically changed the lives of a father and a mother who lost their son.
jadi gini lho, kakak....
Lagi, sebuah film horor thriler dari
Mike Flanagan dan the bonus part is Jacob
Tremblay is on the movie. Tau kan, anak kecil yang sempet bikin geger di Room karena aktingnya yang bikin
beberapa orang terharu dan nangis bombay cuman gara-gara dia mau potong
rambutnya (lol). Nah, disini dia kembali adu akting, bukan dengan Brie Larson,
tapi dengan mbak Blue Surfer Kate
Bosworth. Dilihat dari posternya sih, pasti bakalan ada kupu-kupunya di film
ini. Sebelumnya, aku sempet liat trailer
film ini juga sih dan dugaanku sih film ini akan lebih daripada film horor
thriler, ada bumbu drama-dramanya dikit pastinya. Nah, aku coba kupas film ini
sebelum sharing my opinion about it.
yuk neng, dah dateng tuh
Diawali dengan sebuah ketegangan seorang
laki-laki, film ini dari awalnya sudah mengungkapkan sebuah kegetiran yang
menunjukkan seorang ayah yang harus mengambil keputusan berat menyangkut nyawa
seorang anak. Kemudian, cerita berlanjut dengan sepasang suami istri Hobsen,
Mark (Thomas Jane) dan Jessie (Kate Bosworth) yang berniat untuk mengadopsi
seorang anak dan seorang pekerja sosial, Natalie (Annabeth Gish) memilihkan Cody
(Jacob Tremblay) sebagai anak asuhan mereka. Datanglah Cody ke keluarga
barunya, lalu sedikit demi sedikit terungkap alasan kenapa pasangan tersebut
mengadopsi Cody dimana mereka berharap Cody bisa menjadi pengganti anak mereka
yang sudah meninggal. Semuanya berjalan sangat baik sampai di titik ketika
pasangan suami istri ini mengetahui sebuah kemampuan yang dimiliki oleh Cody.
Kemampuan yang membuat Jessie terlena karena dia bisa bertemu kembali dengan
anaknya yang telah meninggal, Sean (Antonio Romero). Namun, berbeda dengan
Jessie, Mark tidak melihat kemampuan Cody tersebut sebagai sesuatu yang harus
dimanfaatkan. Lama kelamaan terdapat sedikit cekcok antara Mark dan Jessie,
tanpa mereka ketahui kalau kemampuan Cody ini datang dengan sesuatu yang
mengerikan. Nah, apakah Mark dan Jessie berhasil menghadapi hal yang mengerikan
tersebut dan bagaimana dengan nasib Cody sesudahnya?
ealah, kok apik kie...
Bisa dibilang, aku suka dengan film ini.
Ada beberapa detil kecil yang membuatku bisa membayangkan keterpurukan
emosional yang dimiliki karakter Mark dan Jessie, begitupun dengan sikap innocent yang ditunjukkan oleh Jacob
Tremblay sebagai anak kecil yatim piatu yang memiliki masa kecil dimana dia
harus berpindah-pindah dari satu orang asuh ke orang tua lainnya. Belum lagi
visual cantik di sepanjang film yang digambarkan dengan sekumpulan kupu-kupu
berwarna-warni. Mungkin bagi orang-orang yang tidak menyukai kupu-kupu, adegan
ini bisa jadi sebuah adegan yang menyiksa tapi bagi orang-orang yang mengakui
kupu-kupu sebagai makhluk cantik, adegan ini bisa dibilang…..magical. Bayangkan saja di salah satu
ruangan rumahmu, ada banyak kupu-kupu yang terbang dan mengelilingimu. Well,
sebagai sebuah film horor, film ini malahan tidak menampilkan sesuatu yang
menyeramkan, tapi sedikit dramatis. Aku ingat, salah satu temenku menyebut
kalau film ini sama sekali tidak menyeramkan. Aku setuju sih dengan pendapatnya
karena film ini sama tidak membuatku takut. Hanya saja, film ini memberikan
sesuatu yang lebih dengan adanya kesan bahwa hubungan antara Ibu dan anak
adalah sesuatu yang kuat. In a way, aku berpikir kalau film ini seperti Room dengan adanya sedikit bumbu misteri
disana dan disini. Akhir kata, film ini surprisingly cukup menarik untuk
ditonton, apalagi dengan chemistry yang
baik antar para pemain membuat film ini tidak sekedar menjadi film horor yang
bikin deg-degan.
Synopsis: An urban legend led some teenagers to another hidden secret
the intro of the movie which I don't understand why it happened
Dengan segala ketumbenan, aku memutuskan
untuk menonton film yang satu ini. Film ini merupakan salah satu film horor
yang berasal dari benua tetangga, Australia. Well, aku tidak terlalu familiar
dengan film produksi dari Australia and I give this movie a chance karena film
Australia yang beberapa saat yang lalu kutonton, Lake Mungo, surpasses my
expectation. Another chance for another movie won’t hurt, then. Mungkin saja
film ini akan membuka ketertarikan dariku untuk ‘memburu’ film-film produksi
Australia lainnya.
And this is the group that will need survive throughout the movie
Film ini dibuka dengan sebuah urban
legend di Australia yang nantinya akan kita ketahui dikenal dengan nama Lemon
Tree Passage, sesuai dengan film ini. Film ini bahkan menunjukkan salah satu
penampakan di Lemon Tree Passage yang direkam dalam bentuk sebuah video yang
diklaim sebagai salah satu video yang terdapat di YouTube. Setelahnya, film ini dibuka dengan sebuah
scene dimana ada seorang laki-laki yang sepertinya dikejar-kejar oleh ‘sesuatu’
dan di tengah-tengah ketakutannya, dia hampir saja membunuh dirinya sendiri.
Namun, hal ini tidak jadi terwujud ketika dia menyadari ‘sesuatu’ yang
mengejarnya telah menghilang. Kemudian, cerita berubah haluan dengan
menceritakan beberapa remaja Amerika yang sedang backpacker ke Australia dan
mereka bertemu dengan 2 remaja lokal yang nantinya akan mengajak mereka untuk
dengan urban legend lokal, this very infamous Lemon Tree Passage, dan mereka
pun bertemu dengan urban legend yang dimaksud. Tapi, anehnya salah satu dari
remaja Amerika tersebut, Maya, menunjukkan reaksi yang aneh ketika dia melihat
urban legend tersebut. Setelahnya, keanehan sedikit demi sedikit mulai terlihat
dan hal-hal tersebut terkait dengan Maya. Jadi, siapakah si Maya ini
sebenarnya? Benarkah dia memang seorang turis dari Amerika yang datang ke
Australia untuk berlibur ataukah dia sebenarnya terhubung dengan urban legend
tersebut?
and this is....no, I won't spill the bean
So, these are some comments from me,
frankly I’ll say kalau ide dari film ini bisa dibilang tidak terlalu original.
Well, I’m sure there were several movies that talked about how urban legend
terrorizes teenagers’ lives. Tapi, sedikit twist di film ini membuat film ini
sedikit berbeda. Well, aku bilang sedikit karena personally, film ini kurang
bisa menghidupkan potensi twist yang dimiliki film ini. Karena itu, aku malahan
kurang bisa menangkap storyline yang disuguhkan film ini. Ada beberapa plothole
di film ini dan sayangnya, ada beberapa hal penting yang ditinggalkan tanpa ada
penjelasan yang lengkap. Mungkin aku yang kurang bisa menangkap plot yang
diinginkan film ini. Di awal film ini, aku masih bisa mengikuti alur tapi di
tengah-tengah film ini, aku mulai bertanya-tanya sebenarnya apa inti dari hal
yang meneror para remaja ini. Ide yang ditunjukkan dalam film ini terlalu bertumpuk
dan aku merasa kalau film ini kurang terfokus. Twist dalam sebuah film memang
bagus untuk ditunggu tapi, kalau hal itu membuat film menjadi kacau, hal
tersebut tidak begitu berguna dan sangat disayangkan. Well, membuat film memang
bukan hal yang mudah, apalagi membangun sebuah cerita yang nantinya diharapkan
dapat membuat penonton terkejut, tapi aku berharap sedikitnya film ini dapat
dimengerti dengan baik, jadi film ini tidak berakhir sebagai salah satu film
yang membuat para penonton terbingung-bingung dan kecewa dengan apa yang telah
mereka lihat. Not that I’m disappointed after watching it, I’m more confused
about how the things worked in the movie.
Synopsis: A man who can see karma, but not his own
Oh my God, the visual effects....
Film ini mengingatkanku dengan film The Eye buatan Pang Brothers beberapa tahun yang lalu dimana seseorang punya kemampuan untuk melihat spirit. Tapi, film ini memulai ide cerita dengan menghubungkannya dengan karma, yaitu semua orang akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka lakukan or you reap what you sow. The idea of the movie is pretty much good but again, it all depends on how the movie is executed. Dan melihat bahwa film ini harusnya film yang horor yang basically dibuat untuk membuat orang takut, aku bilang film ini pretty tame. Well, aku sama sekali ngga kerasa takut waktu nonton film ini. Kemunculan hantu di film ini sama sekali tidak menimbulkan efek yang mengagetkan dan visual efek dari film ini juga tidak terlalu captivating, atau bisa dibilang lumayan jelek. Lol. Mungkin karena film ini seharusnya film 3D, jadinya kalau menonton film ini tanpa kacamata 3D, efeknya bakal jelek banget buat penglihatan.
Jet's having a vision
One of the incredible scenes
Well, film ini dimulai dari cerita seorang anak bernama Jet yang memiliki kemampuan melihat masa depan dan melihat hantu. Awalnya dia memprediksi tentang kematian Ibunya sendiri dan akhirnya pada waktu dia dewasa, kemampuannya tidak kunjung hilang dan akhirnya hal tersebut yang kadang kala membantunya untuk mengerjakan pekerjaannya. Tapi, apa betul hal terseut membantunya? atau malahan menyeretnya ke sesuatu yang lebih berbahaya? Well, apart from that, film ini kurang memenuhi ekspetasiku karena aku punya harapan tinggi untuk film-film horor Thailand. Bagaimana tidak, film horor Thailand sebelumnya berhasil membuatku punya standar yang tinggi seperti Shutter, Nang Nak, 4Bia, dan banyak lagi. Jadi, film ini sepertinya kurang captivating. Yang mana menurutku, sayang sekali, karena disini ada si cantik Yayaying Rhatha Phongan yang udah punya nama besar dan kemampuan aktingnya tidak bisa dipungkiri. Tapi, ya sekali lagi, aku mau bilang kalau ide film ini bagus. Maybe if you have a spare time dan pengen nonton film Thai secara random, kamu bisa nonton film ini. Memang sih tidak sebagus film horor Thailand seperti biasanya, tapi ada twist menarik yang lumayan menunggu di akhir cerita. Saking menariknya, aku yakin kalau film ini bisa dieksekusi dengan bagus, film ini pasti akan sama menyenangkannya seperti Alone
Synopsis: Cyberbullying among teens leads to a serious problem
Good dat combo
Two reviews in one day won't hurt, so I'm typing another one. #Horror, as mentioned in the title, belongs to horror genre. Not only that, it was a psychological one. With teen problems. Which in this movie, it's about cyberbullying. Well, cyberbullying movie is often being a theme of a movie lately. I've seen some cyberbullying movies these days and it was not only an American one, but also Korean and Japanese movie industry did some. And that makes me realize that many producers think cyberbullying is pretty much a threat that it should be taken out as the theme of the movie. Yet, compared with another movie, this movie had a different way in describing the cyberbullying. For some scenes, the movie is like a Candy Crush Soda Saga's part and I don't really understand why the director put that part. Does she want to emphasize about how addicted people to the game or there is another message about it. Well, I've seen some movies which emphasize twi****(please, don't make me type it) as one of the problem which caused cyberbullying, but Candy Crush Soda Saga? and the thing is that game can possible cause a brain damage or psychological problem for teens? Well, I can't relate it. Maybe it's just my brain which can't decipher the message behind it, but yeah, it's a major turnoff for me that I can't really understand about what really happened in the movie.
it's weirder and weirder
Another thing, the movie is trying to be as depressing as it can be but, some scenes are making it confusing, rather than depressing. Well, I get the depressing part when I saw how the teens acted now. They are only 12 but they did some things which I think it was inappropriate for 12 year-old-girls and on the top of that, they suffered some mental problems, despite of their young age and the mental problem was not that easy to be solved. And also, what's wrong with the parents in this movie. All of them was....weird. Or it's just me who didn't know the fact that there were some parents with those kinds of attitude. Well, maybe the latter, because irl, I know people gone crazy and difficult these days.
no, wasn't Ex Machina
Another thing, the movie is taken a place in a house in the middle of nowhere which reminded me of a house in Goodnight, Mommy which make me think that the director might want to create such isolated situation. Well, apart from that, the movie is full of artistic things which, personally, bring a weird vibe in the movie because some of the arts are weird and I can't put a finger on it. Sometimes, the arts look like it was alive but, I don't know if the director made it so in purpose, to emphasize that the arts can be alive, regarding to the people whom see it. And one thing, I just realize that watching the movie is like listening psychedelic music but, less enjoyable because the movie makes me dizzy.
Last words for this movie, it was not everyone. Trust me, I know it because this movie is not for me, it's too difficult for me to understand about it and I'm writing a post about this movie is just because I've watched the movie and I think it'll be such a waste if I didn't post anything about this. Although the people who read this post, maybe won't find anything worth in the post unless my constant confusing expression about the movie. Well, the movie has a potential to be a good one. In the ending, I feel like I know the message about the movie and it's a good one. But, I just don't understand why the director make it so difficult to decipher, precisely for me. I just.....why? Nice cinematography, though.
Casts: Matt O'Leary, Jessica Cook, Lance Henriksen, Clifton Collins Jr.
Origin: USA and suprisingly, Germany
Running time: 87 minutes
Synopsis: When another party stung a party
When everybody is going home and I'm just stuck in my room, typing some words for my...duty and suddenly it's stung and......okay, whatever, the thing is it's time for another post and I'm going to write about a horror movie with plenty romance in this and that, called Stung. The truth is I have watched it last year but, I didn't have any urge to write about it until now. I will stop blabbering and get down to the business!
Okay, it's going to be nasty
Stung is a horror movie and based on the title, I guess you'll have an idea about the 'monster' in the movie and have an imagination about how the movie will be about. Personally, this movie kinda reminded me of Braindead and The Fly, but less gore and classic (well, of course!). And yet, yet, this movie has its gem. It's that romance story beneath it. This movie has its moment when the two lead characters, the male and the female attracted to each other, despite of the shitty situation they're in. Personally (again), I did have imagination about it. When the male character and female character was trying to survive, yet they can't help but to fall in love each other. Just like what I imagined to Daryl and Beth but, then Beth died and my imagination is ruined and for some moments, I've been one of that delusional audience who think that Beth will be alive again. Enough for this depressing situation, now I'm gonna talk about the casts.
Like I said, they attracted to each other
I'm not an expert when it comes with acting skills. But, I think all characters was pretty good. It's not great but, they managed to make it so entertaining. Matt O'Leary and Jessica Cook who played as Paul and Julia, the lead characters, was not that bad. Matt O'Leary managed to play as Paul, a desperate guy whom tried to get an attention from Julia; meanwhile, Jessica Cook was good in portraying a person who tried so hard in making money for living. Both of them attracted to each other but, they just kept it to themselves. The tension between them was not really convincing for me, but it was okay. Lance Henriksen and Clifton Collins Jr. in the movie who portrayed the bad ass and the bad guy just make the movie a bit refreshing. Overall, the casts are pretty much interesting and entertaining for me.
You lost him! Deal with it! or no?
Last paragraph, the debut movie of Benni Diez who previously acted as visual effects guy in several movies such as Melancholia and Du hast es versprochen was worthy to be watched, for me. And oh yeah, regarding the director is an expert in visual effects, the visual effects in the movie is nicely done and can be one of the reasons why people have to watch the movie. And if you need another reason, then the movie have won a Best International Film in Fantaspoa International Fantastic Film Festival and nominated in Fright Meter Award. There, you have it.
Synopsis: When a man left alone by his family for weekend
Film ini dengan tumbennya mendapuk Keanu Reeves sebagai main character. Oh well, dengan begitu, aku memutuskan untuk nonton film ini. Tapi begitu ngeliat disutradarai oleh Eli Roth, I was like.....
But, okay, I'll give it a try. I'm starting to fill my thoughts with all that positive and happy stuffs. Karena aku ngerasa you can't judge the film from the director, can you? or can't you?
Numpang dong, bang
Well, anyway, awalnya film ini dibuka dengan potret keluarga bahagia yang dimiliki oleh Evan. But, as soon as possible, you will know that Evan will be left alone in home. Hah, yasudah, seorang suami yang ditinggal sendirian di rumah, apakah yang akan terjadi? Kalau misalnya istrinya yang ditinggal sendirian, kemungkinan besar yang bakal datang ke rumah adalah seorang psikopat gila kayak di film When a Stranger Calls, Inside, pokoknya home invasion yang bakal terjadi will be ugly and hurtful. Dan bagaimana tipikal home invasion yang terjadi di Knock Knock ini? Dengan adanya dua cewe yang ngga tau juntrungannnya darimana, numpang berteduh di rumah Evan. Nah begitu, ketemu denggan kedua cewe ini, aku langsung mikirnya,"Wah, ini bakalaan arahnya ke Hard Candy, tapi apakah kayak gitu yak?
I wanna hug him, too
I won't give you the details about what happened in the movie, but something's happened and it's not pretty. Aku juga mau bilang kalau premise film ini sebenarnya bagus tapi, lagi lagi eksekusinya berasa kurang dan efek kengerian yang ditimbulkan munculnya jadi setengah hati. Pengennya berasa eerie tapi, yang ada aku cuman rolling my eyes atau malah ketawa karena adegannya keliatan rada aneh dan no, I can't comprehend it at all. Sayang banget lah, padahal disini ada Keanu Reeves yang beberapa film sangat enjoyable buatku. Dia malah jadi kayak lelucon disini (ups, sorry).
what is this happening?
Terlepas dari segala keanehan yang ada di film ini, ini pertama kalinya aku bisa liat Keanu Reeves diberikan karakter hopeless dan weak kayak gini dimana dia biasanya jadi badass that will wipe out every bad men. Sebenarnya sih, aktingnya dia lumayan bagus disini, ada satu monolog dari dia yang menurutku oke yang bisa dijadikan pengganjel keanehan yag ada di film ini. Baiklah, buat yang penasaran dengan akting Keanu Reeves disini, coba aja deh nonton. Tapi, buat yang have no expectation ke film-filmnya Eli Roth, ya kayaknya ngga usah nonton soalnya sama aja bentukannya. Cuman kurang gore aja dibandingin sama Hostel.
Stars: Marilyn Burns, Allen Danziger, Paul A. Partain
Origin: USA
Running time: 83 minutes
Synopsis: Five teenager meet an unfornate destiny
Classic! Film yang dibuat oleh Tobe Cooper ini adalah film yang membuka Texas Chain Saw Massacre di Hollywood, sebuah horror flick yang katanya berdasarkan dari kejadian nyata yakni pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ed Gein. Selebihnya, film ini juga menyatakan kalau karakter dari Leatherface yang ada di film ini adalah karakter yang nyata dengan menampilkan adegan pembuka kalau kejadian nyata dari film ini berlangsung pada tahun 1973. Ini agak sedikit mengejutkan karena film ini hanya punya waktu setahun untuk 'dilahirkan' di dalam deretan film horor Hollywood. But, anyway, film ini benar-benar creepy menurutku.
Oh, you guys just didn't know
Berawal dari sebuah penemuan mayat yang dipajang di kuburan, film ini membuka cerita dengan premise kalau film ini akan menuju ke arah sebuah kasus yang belum terpecah. Lalu, akhirnya aku dikenalkan dengan lima remaja yang nantinya akan menjadi pembuka cerita film ini. Lima remaja ini adalah Sally, Jerry, Franklin, Kirk, and Pam. Perjalanan mereka biasa-biasa saja sampai akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang menumpang mobil mereka.Orang tersebut kelihatan normal sampai akhirnya dia melakukan sesuatu yang membuat mereka berlima terkejut dan kaget. Setelah kegilaan yang ditawarkan di film ini sedikit demi sedikit menanjak naik dan mereka akhirnya bertemu dengan penentu nasib terakhir mereka.
Franklin told you, Sally
Now, you see it with your own eyes
Karakter Franklin yang menjadi pembuka film ini. Dia yang menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh sedang terjadi di sekitar mereka, tapi sikapnya yang menyebalkan membuat semua orang tidak begitu mendengarkan perkataannya. Bahkan Sally, saudara perempuannya juga tidak begitu menanggapi kekhawatiran Franklin sampai akhirnya Sally bertemu dengan Leatherface. Yang membuat film ini menyeramkan adalah adegannya yang terlihat begitu natural. Kirk yang pertama kali bertemu dengan Leatherface tanpa babibu langsung berakhir di tangan Leatherface dengan cara yang cukup mengenaskan. Belum lagi, setting dari film ini yang katanya menggunakan properti tulang yang asli, membuat film ini cukup menegangkan untuk ditonton. Film ini benar-benar a journey to madness. Tidak hanya karakter villain yang ditampilkan sebagai orang-orang gila di film ini, tapi karakter protagonistnya juga diubah menjadi gila. Hal inilah yang membuat film ini menjadi keliatan sangat disturbing dimana Cooper mencoba merefleksikan kegilaan senyata mungkin. Buatku, film ini memang a truly gem of horror movie dan ending film ini sangat....kocak. Mungkin di zamannya, ending film ini bisa dibilang cukup intense walaupun buatku, ini malah bikin ketawa. Mungkin aku-nya aja yang punya reflek aneh liat endingnya karena kalau diliat-liat sih, endingnya sepertinya dan harusnya memberikan efek disturbing.
Waktu film ini mau rilis, banyak banget yang bilang kalau film ini tentang adiknya "Annabelle" which makes me laugh. Come on, mentang-mentang film ini sama-sama tentang boneka, langsung disama-samain sama "Annabelle". Tapi, ya karena banyak yang bilang kayak gitu juga, aku jadi penasaran sama film ini. Belum lagi, film ini dibintangi sama Lauren Cohan yang memerankan Maggie di TWD. Oh, baiklah kalau begitu, aku jadinya lumayan sedikit penasaran sama film ini.
A portrait of Hershel, Heelshire family
Film yang disutradai oleh William Brent Bell (i love his Stay Alive) ini ngga berbeda jauh sama film-filmnya sebelumnya, film horor. Yang bikin istimewa, katanya nih, filmnya tentang boneka (samaan kayak The Conjuring) dan karena Lauren Cohen itu. Tapi, apa bener yak kalau film ini sebegitu istimewanya? Well, let's see! Film ini tentang seorang perempuan bernama Greta yang nerima kerjaan sebagai seorang pengasuh demi ngehindarin mantannya dia yang abusive. Nah, dari sini kita tahu, kalau Greta sudah punya masalah tersendiri sebelum dia datang ke rumah keluarga Heelshire (lol, Hershel, Heelshire, ini sengaja apa ngga yak?). Terus betapa kagetnya dia, waktu ngerti kalau dia ternyata harus mengasuh sebuah boneka (whut, seriously?). Awalnya sih dia ngerasa aneh aja kalau dia harus bener-bener ngasuh boneka itu sesuai dengan apa yang diminta Mrs. Heelshire karena dia yakin seratus persen kalau boneka tersebut can't feel a thing, jadi buat apa dia ngurusin tu boneka. Tapi, apakah emang kayak gitu? si boneka beneran ngga ngerasain apapun? Nah, disini deh tensionnya mulai naik sedikit demi sedikit.
The real Brahms whom reminded me of The Omen boy
Kalau buatku sih, ide cerita dari film ini sedikit klise. Seorang pengasuh yang disuruh ngasuh sebuah boneka. Kayaknya aku pernah tahu kalau ada cerita yang mirip-mirip kayak gini. Ada sebuah boneka yang dapetin harta warisan paling gede dan mau ngga mau, anggota keluarga yang aslinya punya hubungan darah dengan si pewaris, harus rela-relain ngurus tu boneka, supaya bisa dapet bagian. Aku lupa judulnya, tapi adalah. Nah, film ini kurang lebih kayak gitu. Si boneka laki-laki keluarga Heelshire ini bisa dibilang tergolong kaya dan pasangan Heelshire sendiri percaya kalau boneka ini adalah anak laki-laki mereka. Makanya boneka ini diperlakukan seperti anak mereka sendiri. Dan, somehow, boneka ini bisa nunjukkin kalau dia emang anak laki-laki pasangan Heelshire walaupun wujudnya adalah seorang boneka.
Greta began to believe that Brahms' alive
Buat beberapa orang sih, film ini ngga bagus, medioker lah. Tapi, buatku, film ini lumayan entertaining. Keanehan-keanehan yang ditunjukkan oleh boneka ini ternyata bukan satu-satunya hal yang bikin The Boy ini menarik buat ditonton. There's more than that and it's kinda worthy to be waited. Cuman ya beberapa orang sih bilang kalau konsep yang ditawarkan itu kurang fantastis, eksekusinya kurang menggebrak, dll tapi ya buatku, cukup lah. Ngga sia-sia mantengin film ini sampe akhir. Oiya, surprisingly, film ini kolaborasi American-Chinese production lho.
Director: Mike Flanagan
Screenwriter: Mike Flanagan
Stars: Karen Gillan, Brenton Thwaites, Katee Sackhoff, Rory Cochrane
Origin: USA
Runtime: 104 minutes
Synopsis: A family haunted by a mirror
Okay, it's just a dream
2 years ago, my friend told me that she wanted to watch this movie so much and after some time, finally I coud watch it. Just me, though. And now, my first impression was 'damn, it was BH production's, must be a good one'. Then, the story started with the scene of a little girl and her brother's hiding from someone in their house. While they tried to get out from the house, the brother saw 'something' and released a bit yelp which made them getting caught by someone. That someone was shooting her sister, but no worries because it was just a dream. Then, the stories went and the dream was actually from the little brother in the first scene. He grew up and had a problem with his mind that made him entering a mental institution.
You can imagine what it is
Okay, it's pretty good opening scene. There was 'something', a brother with mental illness, and ah ya, the presence of a mysterious mirror. For several years, mirror always had associated with horror movies because its unusual reflection. Well, this movie had it, for several, that jumpscare me for a bit. It was a good tension. The thing was the plot of the movie was moving back and forth, that I thought it would be confusing for some people. Well, some people, not me, though. I guess it might be a good way for the director to wrap all this ideas for 1 hour 44 minutes. Now, the story was moving forward when the sister initiated a plan to kill the mysterious mirror and it was interesting to see on how the sister prepared for everything to destroy the mirror. There were cameras, alarms, thermostats, and everything to help the sister to do her plan. It was an experiment to destroy supernatural mirror, after all. Destroying something spiritual with intellectual stuff, well noted.
Let's kill it
I want to tell more about the story, but I'm not that kind of person. So, I just kept the story that way. In sum, the story was about a pair of sister and brother tried to destroy a mirror which was turned out to be a mirror with supernatural thingy. Well, the movie was not about destroying the mirror, but on how the sister and the brother could cope up with the things that happened in their family. It's a good one, won and nominated some awards. It's also so simple, no exaggerating things. But, the tension was good and why the title was 'Oculus' instead of 'Mirror'? Maybe because the story was more about how the sister and brother looked at their problem.