Showing posts with label Drama. Show all posts
Showing posts with label Drama. Show all posts

Sunday, October 30, 2016

About a Film: Into the Forest (2015)

It's the right thing to do
(Eva)


Director: Patricia Rozema
Screenwriter: Patricia Rozema
Cast: Ellen Page, Evan Rachel Wood, Max Minghella, Callum Keith Rennie
Origin: Canada
Runtime: 101 minutes
Synopsis: Two daughters need to survive in the middle of forest after losing their father
Based on the novel Into the Forest by Jean Hegland

awas koen!
A film by Patricia Rozema, played by Ellen Page and Evan Rachel Wood. A director, two female lead actresses and my brain is just hypothesized by itself. Is it somehow related with feminist’s view or something near that? One thing that I know about the movie before I decide to watch it is it’s a survival movie. Okay, women and survival. I’m hoping there will be a zombie thing but, it’s just in my imagination. No one said about zombie in the movie. Instead, the movie is categorized as a science-fiction drama. So, I’m thinking there will be alien, but….yeah, maybe it’s about alien. Definitely.
waduh waduh
The movie introduces me with a family of three. A Dad (Callum Keith Rennie) and two daughters named Eva (Evan Rachel Wood) and Nell (Ellen Page). The two daughters had different personalities. Eva was…calmer than Nell. While Nell was always complaining everything straightly, Eva always kept everything in her mind. One day, a certain event made some changes in their lives. There was an outage and suddenly, they needed to learn how to live without power, in a secluded area since they live in the middle of forest. Fortunately, their father knew how to handle the situation and they could live without having a hard time; even though, the daughters started to complaint about how the things changed. Things turned worse when the father died in an unfortunate accident. The stress between the daughters began to swell up and they started to fight each other. The more they lived without the power, the more they began to realize how different they were. Then, in one rainy night, Eli (Max Minghella), Nell’s boyfriend, came to their house and he invited Nell to come with him. To go to the place where the people gathered, so they could live without holed up in the house without power. So, what would Nell do? Would she leave her sister alone or she just stayed with her, despite of all the fighting that they had?
aku syedih
After I see the movie, I feel like praising myself because I can finish the movie without any intention to skip any scene. You see, there is no alien, at all, in the movie. It’s purely drama with….yeah, I know why it’s a science-fiction movie. Usually, a drama movie like this will bore me, certainly. But, this one isn’t. I can emotionally relate to this movie because I have a sister and we had…our problems. Yet, I love my sister and I’ll help her if she needs any help. This movie shows me the depth of sisterhood, in the hardest moment. Another thing, just like the title, Into the Forest depicts how people lived without any power. I figured that the movie and the novel (since the movie based on a novel) can be a perfect study for Eco criticism where people need to give a deep thought about the environment. I think both the writer of the novel and the director of the movie want me to realize the dependence of people with power and somehow, they want us to see that we need to go back into the forest, back to nature, where the things won’t be rotten and expired. Solid performance from Evan Rachel Wood and Ellen Page because the two of them need to do many things in here. Hunting, chopping wood, skinning pig, and many others to show their struggle, living in the middle of the forest. I’d also admire how Patricia Rozema captures the moments and put it together in one beautiful movie. Nice! And no alien, my bad.


Credits:
A24 @ Youtube

Sunday, October 9, 2016

About a Film: Before I Wake (2016)

The Canker Man ate my mommy
(Cody)


Director: Mike Flanagan
Screenwriter: Mike Flanagan, Jeff Howard
Casts: Kate Bosworth, Thomas Jane, Jacob Tremblay
Origin: USA
Running time: 97 minutes
Synopsis: A boy magically changed the lives of a father and a mother who lost their son.

jadi gini lho, kakak....
Lagi, sebuah film horor thriler dari Mike Flanagan dan the bonus part is Jacob Tremblay is on the movie. Tau kan, anak kecil yang sempet bikin geger di Room karena aktingnya yang bikin beberapa orang terharu dan nangis bombay cuman gara-gara dia mau potong rambutnya (lol). Nah, disini dia kembali adu akting, bukan dengan Brie Larson, tapi dengan mbak Blue Surfer Kate Bosworth. Dilihat dari posternya sih, pasti bakalan ada kupu-kupunya di film ini. Sebelumnya, aku sempet liat trailer film ini juga sih dan dugaanku sih film ini akan lebih daripada film horor thriler, ada bumbu drama-dramanya dikit pastinya. Nah, aku coba kupas film ini sebelum sharing my opinion about it.
yuk neng, dah dateng tuh
Diawali dengan sebuah ketegangan seorang laki-laki, film ini dari awalnya sudah mengungkapkan sebuah kegetiran yang menunjukkan seorang ayah yang harus mengambil keputusan berat menyangkut nyawa seorang anak. Kemudian, cerita berlanjut dengan sepasang suami istri Hobsen, Mark (Thomas Jane) dan Jessie (Kate Bosworth) yang berniat untuk mengadopsi seorang anak dan seorang pekerja sosial, Natalie (Annabeth Gish) memilihkan Cody (Jacob Tremblay) sebagai anak asuhan mereka. Datanglah Cody ke keluarga barunya, lalu sedikit demi sedikit terungkap alasan kenapa pasangan tersebut mengadopsi Cody dimana mereka berharap Cody bisa menjadi pengganti anak mereka yang sudah meninggal. Semuanya berjalan sangat baik sampai di titik ketika pasangan suami istri ini mengetahui sebuah kemampuan yang dimiliki oleh Cody. Kemampuan yang membuat Jessie terlena karena dia bisa bertemu kembali dengan anaknya yang telah meninggal, Sean (Antonio Romero). Namun, berbeda dengan Jessie, Mark tidak melihat kemampuan Cody tersebut sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan. Lama kelamaan terdapat sedikit cekcok antara Mark dan Jessie, tanpa mereka ketahui kalau kemampuan Cody ini datang dengan sesuatu yang mengerikan. Nah, apakah Mark dan Jessie berhasil menghadapi hal yang mengerikan tersebut dan bagaimana dengan nasib Cody sesudahnya?
ealah, kok apik kie...
Bisa dibilang, aku suka dengan film ini. Ada beberapa detil kecil yang membuatku bisa membayangkan keterpurukan emosional yang dimiliki karakter Mark dan Jessie, begitupun dengan sikap innocent yang ditunjukkan oleh Jacob Tremblay sebagai anak kecil yatim piatu yang memiliki masa kecil dimana dia harus berpindah-pindah dari satu orang asuh ke orang tua lainnya. Belum lagi visual cantik di sepanjang film yang digambarkan dengan sekumpulan kupu-kupu berwarna-warni. Mungkin bagi orang-orang yang tidak menyukai kupu-kupu, adegan ini bisa jadi sebuah adegan yang menyiksa tapi bagi orang-orang yang mengakui kupu-kupu sebagai makhluk cantik, adegan ini bisa dibilang…..magical. Bayangkan saja di salah satu ruangan rumahmu, ada banyak kupu-kupu yang terbang dan mengelilingimu. Well, sebagai sebuah film horor, film ini malahan tidak menampilkan sesuatu yang menyeramkan, tapi sedikit dramatis. Aku ingat, salah satu temenku menyebut kalau film ini sama sekali tidak menyeramkan. Aku setuju sih dengan pendapatnya karena film ini sama tidak membuatku takut. Hanya saja, film ini memberikan sesuatu yang lebih dengan adanya kesan bahwa hubungan antara Ibu dan anak adalah sesuatu yang kuat. In a way, aku berpikir kalau film ini seperti Room dengan adanya sedikit bumbu misteri disana dan disini. Akhir kata, film ini surprisingly cukup menarik untuk ditonton, apalagi dengan chemistry yang baik antar para pemain membuat film ini tidak sekedar menjadi film horor yang bikin deg-degan.


give it a try!

Credits:
Movieclips Trailers @ youtube

Monday, June 27, 2016

About a Film: PK (2014)

Which God should I believe?
(P.K.)


Director: Rajkumar Hirani
Screeenwriter: Rajkumar Hirani, Abhijat Joshi
Stars: Aamir Khan, Anushka Sharma, Saurabh Shukla, Sanjay Dutt
Origin: India
Running time: 153 minutes
Synopsis: A stranger from outer space came to earth to question about God

Bukan Penjahat Kelamin yak, film ini jauh dari itu. Peekay disini artinya mabuk. Film ini agaknya membuka jalan yang sudah diperlebar sebelumnya oleh Three Idiots. Dengan lagi-lagi menampilkan Aamir Khan sebagai pemeran utama dan aku pun sudah memperingatkan diriku sendiri kalau film ini pastinya akan jadi film yang menyedihkan.
Where is God?
Awal dari film ini dimulai dengan kedatangan P.K. yang diperankan oleh Aamir Khan dan he's completely naked in here, yah di beberapa adegan awal sih, haha. Film ini agak mengingatkanku dengan film Koi Mil Gaya yang punya ide cerita yang lumayan mirip. Makhluk extraterrestial yang datang ke bumi dan makhluk tersebut bertemu dengan manusia yang akhirnya membantunya tinggal di bumi. Tapi, film P.K. ini memberikan isu yang cukup berat karena film ini bukan sekedar film tentang boy meets girl. Ada problem yang lebih kuat daripada itu, yakni masalah hubungan India dan Pakistan yang di film ini digambarkan cukup renggang (idk for the real life) dan juga soal perbedaan agama. Isu ini nantinya yang akan dianulir oleh P.K. Kupikir film ini mau memberikan konsep kalo cinta itu universal, tidak mengenal perbedaan and whatsoever.
Love story is a must
Film ini punya unsur komedi, drama, sci-fi, satire, pokoknya campur-campur dah. Aku sih senang menonton film ini karena konflik yang ditunjukkan bagus dan cinematografi film ini bagus. Pertama kalinya aku melihat India di sisi lain di film ini karena film ini mau menampilkan ugly truth yang ada. Belum lagi, Aamir Khan ikut join di film ini dan aktingnya yang sudah tidak diragukan lagi kredibilitasnya. Innocently, dia memerankan P.K. yang mempertanyakan soal Tuhan. Film ini sebenarnya bukan film yang ringan, tapi sutradaranya dengan mudahnya membuat film ini seringan mungkin, tanpa membuatku pusing untuk memahami tentang film ini.
P.K versus Tapaswi
Anushka Sharma yang menjadi lawan mainnya Aamir Khan disini juga memberikan performa yang baik. Dan juga ada Sanjay Dutt disini dan untungnya disini, karakternya bearable. Rasanya seperti nonton Nicholas Cage di Face Off, jadi okelah. Aku seneng-seneng aja nontonnya. Lagu dan tarian masih jadi elemen terpenting dari film India, termasuk di film ini. Intinya sih, aku merekomendasikan untuk siapapun yang belum nonton film ini, buat nonton film ini. Plus point, ada Aamir Khan di film ini, haha. Aku bingung dah berapa umur Aamir Khan waktu main film ini karena dia masih terlihat muda. Sama seperti beberapa tahun lalu, ketika aku liat dia di Mann.

(enjoy the journey)

Credits:
Movieclips Film Festival and Indie Films @ youtube for the trailer

About a Film: Begin Again (2013)

I'm in the fuckin zone
(Gretta)


Director: John Carney
Screenwriter: John Carney
Stars: Keira Knightley, Mark Ruffalo, James Corden
Origin: USA
Running time: 104 minutes
Synopsis: Two people meet to rebuild their own lives with music

Enjoying yourself, Dan?
Should I? Aku ngga tau apa aku harus bikin post tentang film ini. Everybody knows about it and it always on TV all the time. I can't count many times that I saw it on TV and I feel enough already. The thing is I'm not romance shit person, so the film is torturing me.  But, why I watch it? Don't like it, don't watch it. That's the simple rule. But, human's mind is complicated. As much as I hate it, I watched it for several time. Please don't ask me why because I don't know about it myself.
The main characters of this movie
Okay, then, film ini sebenarnya ngga jelek. Mark Ruffalo, in the brink of his devastation, found Keira Knightley, whom got a talent in singing. Disini, Mark Ruffalo memainkan peran sebagai Dan, produser musik yang sepertinya baru aja dipecat dari perusahaannya. Belum lagi, dia juga mengalami masalah rumah tangga yang rumit dan hubungannya dengan anak perempuan lumayan renggang. He's one of the bad fathers' portrayal. Lalu, di tengah-tengah hidupnya yang mulai kacau dan bangkrut, dia bertemu dengan Gretta, seorang musisi perempuan yang punya talent, tapi juga punya masalah dengan pacarnya, Dave (yang diperankan oleh almighty Adam Levine, oh wow!).
So, this is what outdoor recording looks like
oh wow, Cee-Lo
This is one of the musical movies yang ada di dunia perfilman. Lagu-lagunya ngga jelek, lumayan menghibur. Bisa dibilang, aku bertahan untuk nonton film ini karena lagu-lagunya aja, haha. Dan...aku ngga tau apalagi yang bisa aku bilang di film. Well, judul film ini explains everything. About two people began again. Dan dan Gretta yang dua-duanya hidupnya mulai ke arah yang tidak menyenangkan, mulai saling melengkapi dan berbagi. Keduanya saling bahu membahu memperbaiki hidup mereka dan menjalin hubungan yang baik kembali dengan pasangan mereka masing-masing.Untuk Dan, dia mulai bisa memperbaiki ikatan ayah dan anak, serta merta dengan istrinya. Dan untuk Gretta, dia sepertinya mulai membuka hatinya kembali untuk Dave.
Film ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana musik indie berkembang. Dimana mereka harus merekam segalanya hanya lewat ponsel, mulai konser di jalanan, merekrut pemain musik amatir, dan lain lain. Lagi-lagi, untuk Dan, dia sepertinya menemukan passionnya kembali sebagai sebuah produser musik. Ada cameo dari Cee-Lo di film ini juga, yang menurutku memberikan efek fresh tersendiri dan sedikit unexpected. But, anyway, perjuangan Dan dan Gretta untuk memberikan musik terbaik di film ini cukup menarik untuk dilihat, apalagi buat orang awam sepertiku yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang musik.

(hold on, hold on)

Credits:
The Weinstein Company @ youtube for the trailer

About a Film: Knock Knock (2015)

Super secret party
(Evan)


Director: Eli Roth
Screenwriter: Eli Roth, Nicolas Lopez
Stars: Keanu Reeves, Lorenza Izzo, Ana De Armas
Origin: USA
Running time: 99 minutes
Synopsis: When a man left alone by his family for weekend

Film ini dengan tumbennya mendapuk Keanu Reeves sebagai main character. Oh well, dengan begitu, aku memutuskan untuk nonton film ini. Tapi begitu ngeliat disutradarai oleh Eli Roth, I was like.....

But, okay, I'll give it a try. I'm starting to fill my thoughts with all that positive and happy stuffs. Karena aku ngerasa you can't judge the film from the director, can you? or can't you?
Numpang dong, bang
Well, anyway, awalnya film ini dibuka dengan potret keluarga bahagia yang dimiliki oleh Evan. But, as soon as possible, you will know that Evan will be left alone in home. Hah, yasudah, seorang suami yang ditinggal sendirian di rumah, apakah yang akan terjadi? Kalau misalnya istrinya yang ditinggal sendirian, kemungkinan besar yang bakal datang ke rumah adalah seorang psikopat gila kayak di film When a Stranger Calls, Inside, pokoknya home invasion yang bakal terjadi will be ugly and hurtful. Dan bagaimana tipikal home invasion yang terjadi di Knock Knock ini? Dengan adanya dua cewe yang ngga tau juntrungannnya darimana, numpang berteduh di rumah Evan. Nah begitu, ketemu denggan kedua cewe ini, aku langsung mikirnya,"Wah, ini bakalaan arahnya ke Hard Candy, tapi apakah kayak gitu yak?
I wanna hug him, too
I won't give you the details about what happened in the movie, but something's happened and it's not pretty. Aku juga mau bilang kalau premise film ini sebenarnya bagus tapi, lagi lagi eksekusinya berasa kurang dan efek kengerian yang ditimbulkan munculnya jadi setengah hati. Pengennya berasa eerie tapi, yang ada aku cuman rolling my eyes atau malah ketawa karena adegannya keliatan rada aneh dan no, I can't comprehend it at all. Sayang banget lah, padahal disini ada Keanu Reeves yang beberapa film sangat enjoyable buatku. Dia malah jadi kayak lelucon disini (ups, sorry). 
what is this happening?
Terlepas dari segala keanehan yang ada di film ini, ini pertama kalinya aku bisa liat Keanu Reeves diberikan karakter hopeless dan weak kayak gini dimana dia biasanya jadi badass that will wipe out every bad men. Sebenarnya sih, aktingnya dia lumayan bagus disini, ada satu monolog dari dia yang menurutku oke yang bisa dijadikan pengganjel keanehan yag ada di film ini. Baiklah, buat yang penasaran dengan akting Keanu Reeves disini, coba aja deh nonton. Tapi, buat yang have no expectation ke film-filmnya Eli Roth, ya kayaknya ngga usah nonton soalnya sama aja bentukannya. Cuman kurang gore aja dibandingin sama Hostel.


(lol, the thumbnail)

Credits:
Zero Media @ youtube for the trailer

Saturday, April 16, 2016

About a Film: Dark Water/ Honogurai Mizu no Soko Kara (2002)

I can handle anything, just as long as you're with me
(Yoshimi Matsubara)


Director: Nakata Hideo
Screenwriter: Suzuki Ken'ichi
Stars: Kuroki Hitomi, Kanno Rio, Oguchi Mirei
Origin: Japan
Runtime: 101 minutes
Sinopsis: While a mother and her children tried to begin a new chapter in the new apartment, they encountered with a spirit of a little girl which came along with the traces of water
Based on novel by Kooji Suzuki

For some people, the movie must not be as scary as Ringu, but for me, this movie is also frightening, as same as Ringu, even i'll say if this movie has more impact than Ringu since the event occurred in the movie is possible to happen. In fact, the movie seemed to have similar hint with the accident of Alice Lam, though it's happened in the different year (you might google about it, if you're curious about that). And about the movie, I think it has a strong story. It began with the childhood memory of the mother and then, the mother had to realize that her daughter might have similar path with her because she's going to divorce with her husband. You see, for the first sequence, the movie tended to enhance the drama side. Compared with Ringu, it's surely a different thing. Ringu began with the story of a strange video which make people died in seven days; meanwhile, this movie began with a memory of a young girl, waiting for her mother in school. Quite different, isn't it? and the spirit was giving a quite 'tame' appearance, being metaphorized by the water.
In here, water is the red thread of the story, as the title also called Dark Water in its English version. Water was usually linked with the source of life; but in the movie, as the water is being dark, it seemed to tell that the water is there, to invade the life of the living one. Well, it's just my wishful thinking, but Japanese narrative usually has an interesting meaning and it symbolized something. For me, the movie told about the desperate mother who wanted to raise her own daughter, without the support of her ex-husband. She tried, desperately, to give a proper life to her daughter, wanting her daughter to not to have similar childhood memory with hers. But, for some reason, she found that she wasn't really satisfied with her choice. However, she kept struggling to make everything worked, though everything was not happened, as she planned. But the important thing is everything that the mother did, even though it looked like pathetic trials, it showed how the mother loved her child, just like the decision she made in the ending. It told how the mother loved her daughter, though it might seemed unfair for the daughter.
In sum, this is not your usual horror movie with jumpy and scary scenes. it's more like a story about the love of a mother toward her daughter. It's heartbreaking, and it's not really a horror movie. For some, it can be a boring one; but you might see there is something more about the movie than to make you afraid of it. Everything has a heart-broken history, even for the spirit of the little girl who looked for her own mother, wanting to be loved.

(here's the trailer)
Credits:
munky2ube @ youtube

Monday, April 4, 2016

About a Film: All About My Mother/ Todo Sobre Mi Madre (1999)

We're assholes and a bit lesbo
(Manuela)


Director: Pedro Almodovar
Screenwriter: Pedro Almodovar
Stars: Cecilia Roth, Marisa Paredes, Candela Pena
Origin: Spain
Runtime: 101 minutes
Sinopsis: A story about a mother who just loses her son and come to Barcelona, to inform the father


Manuela and her son
I have mixed and indescribable feeling after watching this movie. First, I'm not too familiar with Spanish movie, other than telenovela that I've watched in my childhood and some of Del Toro's films. It's been a new experience (and experiment) for me to watch a comedy drama Spanish like this (I don't really think it's a comedy but, Roger Ebert said so, then...I'm just referring to his genre). The story begins with the story of a single mother with her son. The mother worked in a hospital and her son is in brink of adulthood, aimed to be a writer. Once, the mother and her son watched All about Eve together and his son complained about how the dubbed version always changed the title of the movie into something which is completely different with the original one. Well, I think this is how the title All about My Mother or Todo Sabre Mi Madre is chosen. It might be a personal taste of the director, that he has something to do with All about Eve and her mother which eventually inspires him to make this movie (later, I found that there is a slight plot of All about Eve reflected in the movie).
Instead of Huma Rojo, it's the mother who's the star, as in the picture
Honestly, it takes three times for me to watch the movie in a full concentration. I ended up sleeping at my first attempt, doesn't pay a lot attention in my second attempt, and finally, I know why this movie is interesting in my third attempt. Based on my experience, this is not a movie that you will find exciting in the first time. I mean, there are some bizarre moments crawled in my mind during my experience in watching this movie. The first is I'm kinda speechless when Manuela can work with the one who indirectly cause her son died in accident, without feeling any anger. In other hand, she can sosialize well with her. I find it weird but, maybe it's just because I've watched many thriller which has a lot of revenge issues. But, well, I let it pass and keep watching it. Then, the other bizarre moment is when Sister Rosa is having a baby and the father of the baby is a transvetite. I can't compherend it well, maybe it's just cultural barrier that makes me kinda confused. But, truth is sometimes stranger than a fiction. This might be happened in the real life and the director wants to show that. Other than those two, I have some others but, people just need to find it by themselves.
One of my favorite scenes
Beside all of the new experiences that I've had after watched it, I find that this is a very straight movie. There is no exaggerating moments. It just flows as it is. While Agrado, one of the characters, seemed to steal the center spot. This movie still revolves around the mother, Manuela. Especially, it's about her and Esteban, her husband and the father of her son, her deceased son, and the son of Sister Rosa who is actually the half-brother of her deacesed son and the son of her husband. Quite entangled, eh? There are three Estebans in the movie and all of them related to the Manuela. So, I think it's quite understandable why the title of this movie is All about My Mother. The mother has to lose her second Esteban to force herself in meeting the first Esteban, and eventually she's the one who reunites the first Esteban with the third Esteban. It's been a quite journey to watch all of extravaganza performances in the movie, other than I've mentioned in here. It's been fun and entertaining to watch this movie. Not to mention the music that comes together with the attractive scenes which spoilt you with its colors. It's just amazing

(truly a journey for a movie)

Credits:
scapeboy @ youtube

Monday, March 14, 2016

About JDrama: Paafekuto Ripooto/ Perfect Report (2010)



A 10-episodes drama played by Yasuko Matsuyuki, yay! Released in October 17 until December 19, 2010 by Fuji TV. Honestly, the premise is kinda simple and there is nothing new in the plot. Matsuyuki played as a lone-wolf reporter who is eager to uncover the truth, whatever it is. And like the other drama, her character dealt with something happened in her past, 15 years old. She belonged to a department who consists of not-very-useful people in the company. And as usual, the plot progressed as these not-very-useful people changed into people who can presented a perfect report to be broadcasted by the company. 

Frankly, this drama is pretty plain though there are some great actors and actresses in it. But, it's not that disappointing as I can enjoy it much. The character of Kana Aoyama (Yasuko Matsuyuki) is pretty interesting and also the other casts. Nothing's extraordinary but, I can still see how Japanese preserved their ideals in life. 

Friday, March 11, 2016

About JDrama: Tenno no Ryoriban/ The Emperor's Cook (2015)



Well, since it is my personal blog, then I will tell you my real feeling during watching this drama. I don't like it. No, it's not the story. The story's good and above of all, it's related to cooking. I do love cooking drama. Then, the answer goes to the cast. I don't like the cast, the main cast specifically. Yes, I don't like Takeru Satoh. I'd admitted he's a pretty good actor, one of the best in his era, I guess. But, no, seeing him is a like torture for me. What makes me keep watching this drama is just because this drama's about cooking. Other than that, I can't express how tiring to watch this drama since I don't like Takeru Satoh and he's always appeared almost in every scene (he's the main character, after all). So, yeah, I can't enjoy the drama pretty well. But, my friends who watched this, said that this is a good one. Well, they don't expect him to be a cheater husband. But, it's a good one, according to them.

Well, I haven't much opinion about the casts. So, I'll talk about the story. The story is based on the novel by Hisahide Sugimori entitled "Tenno no Ryoriban" in 1979. This is a novel based on a true life of a man named Tokuzo Akiyama. So, it can be said that this is an autobiographical drama. And the plot is a good-for-nothing man named Tokuzo Akiyama who found his passion in cooking after eating cutlet prepared by Yukichi Tanabe, a military cook. He learnt to cook in Tokyo and moved to Paris to study more about western food and culinary arts. After struggling in many ways, he finally became a chef in a prestigious Ritz Hotel in Paris. Then, he came back to Japan and became a chef for the Emperor. The story, sometimes it's sad, it's funny, as usual it describes about the hardwork of a Japanese man in achieving his goal in his life. It's good, if I'm not pretty biased about the main cast.

Saturday, December 5, 2015

About a Film: A Girl at My Door (2014)




This is the perfect example why I need to set a perfect time to watch certain movies. Film ini, aku tahu kalau film ini bagus, tapi kalau aku nonton film ini sehabis nonton another film which impress me a lot, I end up comparing film ini dengan film yang sebelumnya kutonton dan akhirnya berakhir dengan anggapan kalau film ini sekedar film yang bagus tanpa ada perasaaan yang kuat. Padahal kedua pemeran utama di film ini cukup menjanjikan, Bae Donna dan Kim Sae Ron. Menurutku, mereka berdua merupakan kombinasi yang kuat untuk melihat betapa menariknya film ini. Tapi, ya itulah, terhalang dengan impression lain yang kupunya sebelum menonton film ini, film ini jadinya kurang….menarik buatku. Yet, I felt the urge to write something about this film karena aku tahu film ini menarik.

Film ini menampilkan cerita tentang seorang polisi wanita yang dipindahkan sebuah lokasi terpencil untuk menjadi chief police dan di tempat baru itu, dia bertemu dengan seorang anak perempuan yang sering dibully, entah oleh teman sekolahnya atau dengan orang tuanya. Dari situlah, dimulai hubungan antara polisi wanita tersebut dengan anak perempuan yang suka dibully itu. Menariknya bahwa si anak perempuan itu ternyata tidak se’lemah’ yang seperti diduga. Si anak perempuan bahkan bisa dibilang ‘possess’ sesuatu yang membuat orang orang di sekitarnya kewalahan, termasuk si polisi wanita ini. Sementara itu, polisi wanita yang diperankan oleh Bae Donna juga bukan sembarang karakter yang hanya menunjukkan kalau dia seorang polisi wanita. Polisi wanita ini pun terkait dengan suatu hal yang seringkali dianggap sebagai ‘masalah’ dan tabu di kalangan masyarakat banyak. Hal ini pula lah yang membuat polisi wanita ini dipindahkan ke sebuah lokasi terpencil dan akhirnya bertemu dengan anak perempuan itu. Keterkaitan konflik di antara kedua karakter ini akhirnya mulai terkuak dan bertemu di satu titik dimana keduanya harus dihadapkan dengan hal yang ingin mereka hindari, tapi untungnya pada akhirnya hal ini bisa dilewati dan akhirnya cerita ini berakhir dengan ‘bahagia’. Nah, disini aku pake tanda kutip untuk menulis kata bahagia untuk di akhir cerita ini karena akhir dari cerita kurang lebihnya sedikit membingungkan buatku, aku seperti dihadapkan kembali dengan akhir cerita ‘Old Boy’ walaupun sensenya tidak se’powerful’ ending dari ‘Old Boy’ tapi yah, ada sedikit kebingungan yang kumiliki saat melihat ending dari cerita ini. Dalam hal ini, aku lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecut sambil mengingat-ingat kalau kebanyakan film Korea memang suka menyajikan ending seperti ini. Kita diajak bertanya-tanya dan menginterpretasikan sendiri kenapa endingnya bisa seperti ini. Yah, walaupun kecut, aku juga sadar kalau hal itu yang membuat beberapa film Korea terlihat sangat menarik di mataku. Intinya, film ini memang worth to try. Bukan hanya sekedar film untuk menghabiskan waktu senggang, tapi film yang bisa dibicarakan dengan teman karena ada beberapa isu menarik di dalam film ini. Pokoknya salut untuk July Jung yang sudah membuka debutnya dengan menyajikan film berkelas seperti ini dan aku harap ini bisa membuka path untuk July Jung untuk kembali menyuguhkan film seperti ini untuk meramaikan perfilman di Korea Selatan.

Nah sekarang, terlepas dari cerita di film ini, Kim Sae Ron emang paling cocok memerankan peran semacam ini. Aku mulai merhatiin dia sejak dia beradu akting dengan Won Bin di ‘The Man from Nowhere’ dan agak sedikit kaget ketika melihat dia sekarang sudah sebesar ini (berasa tua gitu deh, haha). Aku sih senengnya ngeliat dia sepertinya berada di jalan yang benar dan bakalan jadi promising Korean actress yang bakal kuikutin film-filmnya karena aktingnya tambah mateng dan dia pintar untuk memilih karakter-karakter menarik yang bisa diperankan, seperti di film ini. Karakter yang dia mainkan, walaupun aku sebelumnya banyak melihat film dengan karakter seperti ini, bukan karakter yang mudah untuk dimainkan aktris yang masih muda. Dia harus bisa mendalami dan mengerti jalan pikiran anak perempuan ini yang kuanggap cukup berbeda dibandingkan anak perempuan di usianya dan untungnya, dia bisa menghidupkan karakter itu dengan baik dan menarik. Aku suka macam-macam ekspresi yang diperlihatkan oleh Kim Sae Ron di film ini, beberapa bikin aku kasian, muak, dan bertanya-tanya. Bae Donna pun juga menunjukkan kualitasnya saat memainkan film ini. Pada awalnya perannya terlihat sangat biasa, tapi lama kelamaan dia bisa menunjukkan betapa kompleks peran yang dia miliki. Dia bukan sekedar polisi wanita yang ingin menunjung tinggi keadilan untuk orang-orang di sekitarnya, tapi aku bisa merasakan kalau karakternya ini juga ingin diberikan suatu keadilan oleh orang-orang di sekitarnya. Dia tidak ingin orang lain memandang dengan aneh karena masalah personal yang dia miliki. Film ini keren dengan segala kompleksitasnya dan juga walaupun banyak isu yang bisa ditemui di film ini, film ini tidak lupa untuk mengakarkan pada satu inti masalah yang menjadi basis dari film ini. ‘A Girl at My Door’ benar-benar menyajikan pilihan tema yang menarik dan pintar untuk menceritakan tale seorang anak perempuan yang membutuhkan tempat perlindungan.

 Tidak lupa aku naro trailer disini untuk mengundang orang-orang menonton film ini


 (take a sip of the trailer!)

Credits:
One Ring Korean Film Trailers @youtube 

Wednesday, January 14, 2015

About a Drama: Pan to Soup to Neko Biyori

Dan untuk kesekian kalinya, Ohisashiburi!
Untuk kesekian kalinya juga blog ini ditinggalkan.

Berhubung ada waktu dan bahan, hari ini mau ngereview tentang drama
Sebenarnya sudah beberapa tahun ini kebanyakan mengkonsumsi film Jepang dan Korea (drama Jepang dan beberapa drama Korea juga) cuman ngga pernah kepikiran buat bikin review. Sekarang mah kebetulan ada waktu ya why not?

Drama yang mau direview sekarang judulnya Pan to Supu to Neko Biyori (Bread and Soup and Cat Weather). Bahasa Indonesianya sih Roti, dan Kucing, dan Cuaca Kucing atau Kucing Cuaca, entahlah, hahaha....
Drama ini bukan drama baru, tapi aku yang baru nonton. Sepertinya sekitaran tahun 2008 (google aja kalau mau). Ini salah satu drama dari WOWOW, dan menurutku ini drama WOWOW paling simple yang pernah soalnya biasanya nonton drama WOWOW yang suspense atau thriller gitu, yang jalan ceritanya rada rumit. Tapi drama ini enak juga ditonton, berasa banget slice of life

Oke, intinya dari cerita film ini adalah seorang anak yang nerusin restoran Ibunya setelah Ibunya meninggal. Anaknya diperankan sama Satomi Kobayashi dan aku ngefans sama beliau ini habis liat film Kamome Diner(simple and yummy film!). Oiya, di drama ini juga ada Masako Motai, pasangan main beliau di Kamome Diner (dan setelah diliat, Satomi Kobayashi emang suka dipasangin sama Masako Motai). Drama ini juga kayak tipikal dorama WOWOW, cuman ada 4 episode. Tapi, overall, dorama ini lebih bagus kayak gitu, ngga usah ada penjelasan panjang-panjang tentang ceritanya karena ceritanya cuman tipikal your everyday life story. Oiya, ada juga yang bikin aku demen sama ceritanya. Roti sama supnya keliatan enak, apalagi aku demen banget sama sup, jadinya aku demen banget liat dorama ini

(Ini nih, bikin ngiler aja!)

In general sih, drama ini worth a try kalau suka nonton drama yang ada masakan sama berbau slice of life. Dorama ini cocok banget ditonton waktu senggang atau lagi istirahat habis kerja atau kuliah, soalnya ngga bikin kepala pusing, ya kalau diliat-liat anggaplah lagi nonton film dokumentary tentang restoran yang biasa ada di NHK (perbandingannya rada jauh). Dan untuk castnya, semuanya bagus dalam peranin peranannya masing-masing, ya mungkin karena karakternya juga ngga aneh-aneh. Satu orang yang jadi perhatian di dorama ini, selain Satomi Kobayashi, KANA!!! Kupikir pertamanya cowo dah!

(disini sih masih keliatan cantik)

Mbaknya perawakannya tinggi banget dan bahunya lebar, kupikir nemu orang ganteng, taunya.........eniwei, kupikir mbaknya artis baru, taunya udah lumayan berumur, tapi wajahnya menipu dan tidak untungnya lagi, mbaknya cuma main film dan drama sedikit. Padahal menurutku sih aktingnya lumayan kok, ngga jelek.

Ya, itu saja review kali ini. Kapan-kapan, atau mungkin habis ini, aku mau bikin review lain. Mungkin Kamome Diner atau drama makanan lainnya, hehehe