Another zombie movie from Canal+ which also produced Inside, so I'm expecting there will be blood everywhere. And yes, there is blood everywhere and it's quite gore. I don't recommend this film for the people who have a weak heart, because it's quite brutal (though it's quite tame compared with Inside). Well, about the story, it's quite different than the other zombie movies. While the usual zombie movies usually began withthe story of infection or how the people turned into zombies; the plot began with the story of a revenge, that a family wants to take revenge to another family because the member of the family is being killed. While it's a new way to open a zombie story's plot, I find it a bit confusing and it's rather a forced situation. I mean, you're on your way to take revenge, but then you find out that the world changing into a mess, that everybody turns into zombies and you don't know it can be happened. But, it's a movie, the writer can do anything with the story and we, the audience, just can shut up and enjoy it. Well, try to enjoy it, I mean.
Then, after the casts in the story realized that they are in a zombie situation, all the things to do is just to survive. Survival, this is the reason why I'd love zombie movies. I love see how the people in the movies can survive from the zombies, either being eaten or being infected. Yet, I don't see the survival in this movie quite appealing. Yes, the movie presents me with amazing brutal scene, but it's not that interesting. In the opposite way, it makes me a bit frustating as the casts tried to kill the zombies by attacking the body, not the head. I don't know if it's done on purpose, but the casts seemed too dumb to see that the head is the zombie's weakness. But, there is a thing that I can enjoy in the movie and surprisingly, it's not the zombies, but the disputes within the family. Each family has their own problems and that's what makes the movie a bit interesting. Well, if there's no zombie, I'd like to categorize this movie as a family drama since the drama is a bit strong in here.
For the last paragraph, I don't really know what should I discuss about this movie. But, the thing is I'm a bit disappointed with the movie because it's not suitable with my taste of zombie movies. Yet, I know there will some zombie-addicts who will love this movie.
Kali ini aku mencoba untuk menonton
sebuah animasi yang berasal dari Jepang yang entah kenapa judulnya berbahasa
Prancis, mungkin karena animasi ini dimaksudkan untuk ikut kontes di Prancis
atau animasi ini simply mengambil background dari Prancis. Idk. Tapi, animasi
ini bagus dan sedikit mengingatkanku pada animasi dari Pixar, Up,karena animasi ini berpusat pada seorang kakek yang hidup sendirian. Untuk
cerita yang disuguhkan di animasi ini, animasi ini terpusat di rumah si kakek
yang dikelilingi dengan banjir yang entah darimana dan banjir itu membuat kakek
itu menambah tinggi dari rumah itu dan sepertinya itulah yang dimaksud dengan
judul ‘The House of Small Cubes’, sebuah rumah dari setumpukan kubus yang
semakin lama semakin tinggi karena si kakek menghindari banjir. Satu saat si
kakek memutuskan untuk turun ke bagian bawah rumahnya saat melihat ada
seseorang yang menjual alat selam. Cerita ini semakin menarik ketika si kakek
semakin lama semakin turun ke bagian dasar rumahnya. Setiap kubus yang dia
masuki dipenuhi dengan memori kehidupannya, dari saat terakhirnya bersama
istrinya sampai saat dimana dia pertama kali bertemu dengan istrinya. Semua
kenangan itu dimulai dari kubus terbawah dimana dia memulai kehidupan bersama
istrinya.
Animasi
yang disutradai Kunio Katou ini cukup pendek, kurang lebih berkisar 12 menit,
tapi kamu dibawa menuju perjalanan kehidupan si kakek, dimulai saat dia masih
kecil sampai tua. Animasi ini juga non dialogue, hanya diiringi dengan alunan
piano, petikan ukulele, dan oboe yang disuguhkan oleh Kenji Kondo yang,
menurutku, menimbulkan perasaan ringan menyenangkan
juga kesedihan. In conclusion, menurutku animasi ini simple, tapi dalam. Animasi
ini bisa menimbulkan rasa haru tersendiri, apalagi melihat si kakek mengalami
flashback tentang kehidupannya yang lalu dan kenyataan kalau si kakek hanyalah
satu-satunya anggota keluarga yang masih tersisa di rumah itu. Untuk gambarnya,
aku emang bukan expert bidang gambar, tapi menurutku gambar dari animasi ini
sudah cukup ekspresif dan pas untuk menceritakan tentang kehidupan si kakek.
Bagi orang-orang yang suka dengan animasi dengan tema slice of life atau
sesuatu yang simple, animasi ini sangat wajib ditonton. Apalagi melihat
beberapa awards yang sudah diterima oleh animasi ini seperti:
2008
Hiroshima Prize and Audience Prize Hiroshima International Animation Festival
2008
Grand Prize Animation Division Japan Media Arts Festival
2008
Grand prize for short films (the Annecy Cristal)
2008
Academy Award for Best Animated Short Film
Pastinya
animasi ini bukan sembarang animasi yang bisa diacuhkan, kan?
P.S. I will not attach a trailer, it's only 12 minutes, better watch it right away, right?
Bisa dibilang, aku sudah lama mau nonton film ini tapi, belum kesampean dan akhirnya lupa kalau mau nonton film ini. Untungnya, baru baru ini keingetan sama film ini dan AKHIRNYA bisa nonton film.
TOKYO! adalah sebuah film omnibus yang rilis tahun 2008. Ada 3 sutradara yang tergabung di film ini: Michel Gondry, Leos Carax, dan Bong Joon Ho. Honestly, aku pengen banget nonton karena ada Bong Joon Ho and I have no idea about the other two directors (while the other people often talk about Michel Gondry). But, it's nice to know about the them and their movies and I ended liking their movies as much as I like Bong Joon Ho's.
Yang pertama: Interior Design (Michel Gondry)
It's simple. Film ini menceritakan sepasang kekasih, Hiroko dan Akira (duile, bahasanya) yang diperankan sama Ryo Kase dan Ayako Fujitani. Mereka pergi ke Tokyo buat premiere film debutnya Ryo Kase. Tapi, di Tokyo, mereka belum punya apartemen dan menginaplah mereka di rumah temen mereka, Akemi (Ayumi Ito), waktu sekolah. Konfliknya sih pertama simple. Mereka nginep di rumah temen mereka, sementara temen mereka sedikit sedikit mulai annoy sama adanya mereka berdua. Belum lagi waktu ada pacar temennya datang. Pacar temennya juga annoy sama adanya mereka berdua.
Oiya, pusat dari cerita ini adalah Hiroko. Pertamanya sih aku ngga gitu ngeh, tapi ujung-ujungnya dikasi liat kalo orang yang dianggap bermasalah disini adalah Hiroko. Hiroko itu ngga bisa ngapa-ngapain. Kasarnya sih, dia ngga guna (kerja part time ngga diterima, ngga dapet-dapet apartemen, mobil diderek gara-gara dia lupa pindahin). Dan puncaknya dari cerita ini adalah
Berubahnya Hiroko jadi kursi. Well, I didn't expect that and this is hilarious. Aku sama sekali ngga nyangka kalo Hiroko berubah jadi kursi disini dan disinilah aku baru sadar maksudnya Interior Design. The story continues dengan Hiroko berubah bolak balik dari kursi ke orang, dari orang ke kursi. Terus Hiroko yang lagi berubah jadi kursi dibawa pulang sama seseorang (Nao Omori) untuk jadi 'Interior Design' buat orang itu. Ceritanya lucu sih menurutku dan akhirnya Hiroko benar-benar bisa berguna buat orang lain. Ya, jadi kursi itu, hahaha
Yang kedua: Merde (Leos Carax)
Aku ngga tahu apa cerita ini harus dimaknai dengan dalem atau cuma dinonton gitu aja. Yang jelas mah aku cuma nonton gitu aja dan ceritanya menarik sih buatku. Cerita tentang gelandangan (?) bernama Merde yang tinggal di got. (ngomong-ngomong, katanya Merde artinya shit ya?)
Yah, bukan sembarang gelandangan sih. Gelandangannya ini ngga tahu darimana dan kadang suka keluar jalan buat 'ngeganggu' orang-orang. Sebenarnya bukan ngeganggu juga sih, mungkin karena kebutuhan (lol) soale dia keluar buat ngambilin bunga, uang, rokok (bunga sama uang buat dimakan, rokok buat dihisap) dan cium ketek orang? (yang ini aku ngga ngerti dah). Pokoknya intinya si Merde ini kayak orang asing yang ngga tau siapa dan ngeganggu ketenangan orang Jepang sampai akhirnya ngeganggu ketenangan itu naik ke level yang tinggi. Dia ngelemparin bom ke orang-orang, sampe banyak korban. Terus akhirnya dia ditangkap karena tindakannya ini dan mau dihukum mati.
Nah, adegan selanjutnya adalah spekulasi siapa sebenarnya si Merde ini sampai datanglah seorang pengacara dari Prancis yang bilang dia bisa komunikasi sama si Merde. Ya ampun, aku antara mau ketawa sama bingung denger mereka komunikasi. Aneh banget lah, ngga jelas itu bahasa darimana. Mana pake tampar-tampar. Yang kutahu mah ada kata 'Popos' yang kayaknya artinya 'God' dan tiap nyebut itu mereka nampar muka mereka sendiri, lol. Oiya, terus si Merde ini kan mau dihukum gantung dan keputusan hukuman gantung ini, muncullah pergerakan-pergerakan baru, ada yang minta hukum Merde sampe bebaskan Merde dan lucunya lagi, Merde ini jadi semacam 'cult' gitu. Lucu sih, tapi kejadian Merde ini bukannya ngga mungkin terjadi lho. Orang sekarang cenderung jadiin sosok kayak Merde sebagai 'cult', mau seaneh apapun itu. Dan.....entahlah, aku ngga tahu mau bilang apalagi. Mungkin film Merde ini sejenis fenomena yang sering terjadi sekarang. But, overall, this is good! Film ini sangat menarik dan menyenangkan buat ditonton.
Yang ketiga: Shaking Tokyo (Bong Joon Ho)
NAH! Ini dia film yang ditunggu-tunggu. Pas banget nih urutannya, save the best for the last! Mungkin karena itu film Bong Joon Ho ditaro paling belakang (asal njeplak). Pertamanya sih antisipasinya filmnya bakal rame tapi, ternyata filmnya tentang hikkomori dan Bong Joon Ho, menurutku, berhasil buat highlight hal-hal kecil yang ada di sekitar hikkomori dan saking berhasilnya, aku sampe hampir kebosanan untuk ngikutin film ini. Eits! Bosan disini bukan bosan dalam arti hal yang jelek. Tapi bosan dalam arti hal yang bagus. Menurutku, jadi hikkomori itu berarti gimana jadinya kita akan mempehatikan hal-hal kecil yang orang biasa ngga perhatiin. Contohnya kayak gimana dia jelasin kalau semua benda itu bergerak. Jujur yak, aku hampir mati bosan disini sekaligus ngomong 'anjrit' karena scene ini bener-bener dazzling menurutku. Berasa complicated emang, tapi itu sih yang aku rasain.
Untuk flow cerita, pertamanya sih lumayan lambat, aku sabar-sabar aja ngikutin sampe akhirnya muncullah Yu Aoi, tukang antar pizza yang berhasil mengguncang hidup si Hikkomori, Teruyuki Kagawa. Dan literally, sesuai judul, di cerita ini, Tokyo emang lagi shaking dengan beberapa adegan gempa yang menandai beberapa perubahan di alur cerita. Shaking pertama, Teruyuki Kagawa yang Hikkomori untuk pertama kalinya kontak mata sama seseorang, si Yu Aoi yang nganterin dia pizza. Shaking kedua, kenyataan kalau si Yu Aoi sekarang yang jadi Hikkomori dan Teruyuki Kagawa ada di luar rumah. Dan shaking ketiga, Yu Aoi dan Teruyuki Kagawa pandang-pandangan habis Teruyuki Kagawa pushed love buttonnya Yu Aoi and possibly, they fall in love each other.
THIS!!!!! This will be one of my favorite scenes! Terus adegan mereka pandang-pandangan sambil dunia shaking itu bener-bener keren dan deg-degan. Bener-bener two thumbs for them deh. Aku paling suka adegan close up muka di film ini. Masing-masing orang bisa mengekspresiin semuanya dengan kerennya. Aku ngga kebayang berapa kali mereka take buat dapetin ekspresi muka yang tepat dan sekeren itu. Dan buat Bong Joon Ho yang sudah berhasil dapetin ekspresi itu, I love you, Sir! and also you make imagining what if fall in love can be happened if you just push a button. It makes life easier....or not? (lol)
Btw, trivia things for this movie, I wonder yak! Kenapa Yu Aoi disini digambarin hampir seperti robot. She had her buttons for some things, including emotions. Dan ada cameo robot juga disini, apa ada maksudnya yak? That human is slowly changing into robots? or it's because it's a film about Japan where hikkomori and robot are easily found in there. Idk.
OVERALL, siapapun yang demen arthouse movie, silakan menonton film ini karena film ini sangat recommended