Sunday, May 24, 2015

About a Film: Man on High Heels (2014)


          

         Brilliant performance, stunning story. Awalnya ketika pertama kali lihat judul film ini, aku sempet ngirain film ini adalah film komedi, karena judul film ini ngingatin aku sama Kinky Boots. Tapi, begitu liat genre film ini termasuk film thriller, aku agak sedikit bertanya-tanya tapi okelah, sejauh ini aku suka sama film thriller buatan Korea, apalagi sutradara dari film ini adalah Jang Jin, film maker Welcome to Dongmakgol, yang sudah berkali-kali aku tonton tanpa rasa bosan. Jujur, aku bukan penggemar Cha Seung Won, dan aku sama sekali ngga ada minat untuk nonton filmnya, bahkan ada beberapa filmnya yang masih tersimpan manis di HD-ku karena aku malas nonton, tapi film ini merubah cara pandangku kepada Cha Seung Won. Dia punya kualitas akting yang bagus, apalagi menurutku di film ini dia bisa memahami perannya dengan baik dan menciptakan karakter yang bagus.
            Well, tentang filmnya, filmnya meceritakan tentang dilemma seorang transgender. Ya, disini Cha Seung Won berperan sebagai transgender, seorang polisi yang transgender tepatnya. Pertama kali sih, aku berpikir kalau this film is too much. Menceritakan kisah hidup transgender sudah merupakan tema yang ‘berat’ untuk sebuah film, ditambah lagi pekerjaan yang dilakukan transgender itu adalah polisi. Kupikir Jang Jin terlalu berusaha dan memaksa untuk menciptakan sebuah kompleksitas di filmnya. Tapi, seiring dengan berjalannya film, aku mengerti kenapa dia memilih untuk menceritakan jalan hidup seorang polisi transgender. Semua menjadi logis, bahkan normal kalau hal ini benar-benar terjadi. Aku rasa Jang Jin mungkin sudah melakukan beberapa penelitian mengenai transgender karena film ini, paling tidak menurutku, berhasil untuk menunjukkan kehidupan seorang transgender. Bahkan film ini memperlihatkan betapa bedanya hidup yang dimiliki transgender dibanding gay. Menurutku film ini benar-benar jenius. Segala aspek yang muncul di tiap scene dipaparkan tanpa suatu kesia-siaan. Semuanya punya fungsinya masing-masing untuk menghidupkan cerita di dalam film ini. Satu lagi yang aku suka di film ini, Jang Jin benar-benar tahu bagaimana caranya membangun emosi di film  ini dan sebagai penonton, aku merasa seperti diajak naik roller coaster karena berjalannya scene di film ini membawaku untuk merasa tegang lalu terenyuh lalu tegang kembali. Benar-benar mind-blowing.
            Untuk para pemeran yang ada disini, aku benar-benar mengacungkan jempolku buat mereka semua. Semua pemeran disini melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Semuanya berhasil menciptakan emosi yang menjadi akar dari film ini. Untuk Lee Yong-Nyeo, aku sangat kagum dengan scene beliau ketika di dalam gereja. Bukan hal yang mudah untuk bisa membawakan peran sebagai transgender, tapi melihat akting beliau, seolah-olah beliau tahu bagaimana perasaan seorang transgender yang mengalami kegundahan. Adegan tentang cinta masa kecil yang diperankan Hong Tae-Ui dan Lee Dong-Gil juga sangat-sangat mesmerizing. Walaupun cuma berupa kilasan, adegan yang mereka perankan benar-benar menguras emosi. Aku bisa melihat kalau mereka bisa jadi aset yang sangat bagus bagi perfilman Korea dan semoga nantinya mereka bisa mendapat peran-peran bagus lainnya yang bisa membentuk mereka menjadi aktor berkualitas.
            Overall, film ini melebihi ekspetasiku. Ada banyak hal yang bisa kutemukan di film ini dan hampir semua bagian di film ini adalah bagian favoritku, baik itu cerita, pemeran, sinematografi, bgm, semuanya, semuanya perfect untukku. Film ini juga officially menjadi salah satu film favoritku di tahun 2014 dan aku harap akan ada banyak orang lagi yang menonton film ini, karena film ini benar-benar worth to watch. Last note, I’ll be damned if I don’t mention it, adegan dengan pak supir taksi dekat ending cerita benar-benar bikin aku terkesan, bahkan sampai suara pak supir taksinya itu cocok dengan atmosfir filmnya.

(take a sip of the trailer!)

Credits:
Park Seung Min@youtube

No comments:

Post a Comment